Berapakah
kandungan amilosa dan amilopektin pada jagung, beras, sagu, gandum, ubi kayu dan
kentang ?
jawab :
1. Jagung
Komponen utama jagung adalah pati,
yaitu sekitar 70% dari bobot biji. Komponen karbohidrat lain adalah gula
sederhana, yaitu glukosa, sukrosa dan fruktosa, 1-3% dari bobot biji. Pati
terdiri atas dua jenis polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.

Komposisi amilosa dan amilopektin di
dalam biji jagung terkendali secara genetik. Secara umum, baik jagung yang
mempunyai tipe endosperma gigi kuda (dent) maupun mutiara (flint), mengandung
amilosa 25-30% dan amilopektin 70-75%. Namun jagung pulut (waxy maize) dapat
mengandung 100% amilopektin. Suatu mutan endosperma yang disebut
amylose-extender (ae) dapat menginduksi peningkatan nisbah amilosa sampai 50%
atau lebih. Gen lain, baik sendiri maupun kombinasi, juga dapat memodifikasi
nisbah amilosa dan amilopektin dalam pati jagung. Amilopektin berpengaruh
terhadap sifat sensoris jagung, terutama tekstur dan rasa. Pada prinsipnya,
semakin tinggi kandungan amilopektin, tekstur dan rasa jagung semakin lunak,
pulen, dan enak. Komposisi tersebut juga berpengaruh terhadap sifat
amilografinya. Kandungan amilosa beberapa varietas lokal dan unggul nasional
dapat dilihat pada Tabel 3 (Suarni 2005).

2. beras
Bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%).
Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral,
danair. Pati beras dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu amilosa pati dengan
struktur tidak bercabang dan amilopektin dengan struktur bercabang.
Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna
(transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera).
Ketan hampir sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat,
sementara beras pera memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat
butiran nasinya terpencar-pencar (tidak berlekatan) dan keras.

Berdasarkan kandungan amilosanya, beras dibagi menjadi empat
golongan, yaitu ketan (2-9 persen), beras beramilosa rendah (9-20 persen),
beras beramilosa sedang (20-25 persen) dan beras beramilosa tinggi (25-33
persen). Secara umum, beras memiliki bentuk polygonal bulat dengan ukuran bulat
3-8 mikron, dan suhu gelatinisasi 68-78oC.
Beras ketan dan beras biasa (non ketan) berbeda kandungan
amylosa dan amylopektinnya. Amylosa berantai lurus dengan ikatan 1-4
alfa-glikosidik, sedangkan amylopektin berantai cabang dengan ikatan 1-4 alfa
dan 1-6 beta glikosidik pada percabangannya dengan panjang rantai 20 – 26
satuan glukosa. Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan,
seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbandingan antara
amilosa dan amilopektin ini dijadikan dasar atau merupakan factor tunggal dalam
menentukan mutu rasa dan tekstur nasi. Kandungan amilosa tersebut berkorelasi
positif dengan tingkat kelemahan, kelengketan, warna dan kilap. Semakin tinggi
kadar amilosa volume nasi yang diperoleh makin besar tanpa kecenderungan
mengempes, hal ini dikarenakan amilosa mempunyai kemampuan retrogadasi yang
lebih besar. Beras dengan kandungan amilosa tinggi menghasilkan nasi pera dan
kering, sebaliknya beras dengan kandungan amilosa rendah menghasilkan nasi yang
lengket dan lunak. Semakin tinggi kandungan atau kadar amylose yang terkandung,
maka akan semakin berkurang keenakan rasanya karena semakin tinggi kadar
amylose yang terkandung, maka struktur nasi yang diperoleh akan semakin keras
dan mempunyai struktur pisah-pisah.
3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar