SENYAWA ORGANOLOGAM
A. Pengertian Senyawa Organologam
Kimia organologam adalah ilmu
kimia yang mempelajari tentang logam yang berikatan langsung dengan satu atau
lebih atom carbon. Beberapa senyawa organologam ada yang tidak berikatan
lansung dengan atom karbon seperti pada kompleks phospine, logam hidrida, organosilikon,
organoboron dan lainnya. Ada beberapa logam yang berikatan langsung dengan
unsur karbonnya namun bukan termasuk senyawa organologam, yaitu logam karbida
dan logam sianida. Fungsi utama senyawa organologam adalah sebagai katalis pada
reaksi kimia.
Sifat
senyawa organologam yang umum ialah dimilikinya atom karbon yang lebih
elektronegatif daripada kebanyakan logamnya. Terdapat beberapa kecenderungan
jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan organologam
Terdapat beberapa
kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan organologam:
a.
Senyawaan ionik dari logam elektropositif
Garam logam ion-ion karbon yang
kestabilannya diperkuat oleh delokalisasi elektron lebih stabil walaupun masih
relatif reaktif. Adapun contoh gugus organik dalam garam-garaman tersebut
seperti (C6H5)3C-Na+ dan
(C5H5)2Ca2+.
b. Senyawaan yang memiliki ikatan -σ (sigma)
Senyawaan organologam dimana sisa
organiknya terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan yang digolongkan
sebagai ikatan kovalen (walaupun masih ada karakter-karakter ionik dari
senyawaan ini) yang dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan
yang relatif lebih rendah dari golongan pertama di atas,
Pada dasarnya Organologam prinsipnya
yaitu atom-atom Karbon dari gugus organik terikat kepada atom logam. Konsep ini
yang mendasari Organologam, sehingga banyak cara untuk menghasilkan
ikatan-ikatan logam pada Carbon yang berguna bagi kedua logam transisi dan
non-transisi. Beberapa yang lebih penting adalah sebagai berikut:
1. Reaksi Logam langsung ;
sintesis yang paling awal oleh ahli kimia Inggris, Frankland dalam tahun
1845 adalah interaksi antara Zn dan suatu alkil Halida. Adapun yang lebih
berguna adalah penemuan ahli kimia Perancis, Grignard yang dikenal sebagai
pereaksi Grignard. Contohnya interaksi Magnesium dan alkil atau aril Halida
dalam eter:
Mg + CH3I →
CH3MgI
Interaksi langsung alkil atau aril
Halida juga terjadi dengan Li, Na, K, Ca, Zn dan Cd.
2. Penggunaan
zat pengalkilasi. Senyawa ini dimanfaatkan untuk membuat senyawa organologam
lainnya. Kebanyakan Halida nonlogam dan logam atau turunan Halida dapat
dialkilasi dalam eter atau pelarut hidrokarbon, misalnya :
PCl3 + 3C6H5MgCl →
P(C6H5)3 + 3MgCl2
VOCl3 + 3(CH3)3SiCH2MgCl
→ VO(CH2SiMe3)3 + 3MgCl2
3. Interaksi
Hidrida Logam atau nonlogam dengan alkena atau alkuna.
4. Reaksi
Oksidatif adisi. Reaksi yang dikenal sebagai reaksi Oksa dimana Alkil atau Aril
Halida ditambahkan pada senyawa logam transisi Koordinasi tidak jenuh
menghasilkan ikatan logam Karbon. Contohnya:
RhCl(PPh3)3 +
CH3I → RhClI(CH3)(PPh3)2 +
PPh3
5. Reaksi
Insersi yaitu reaksi yang menghasilkan ikatan-ikatan dengan Karbon, sebagai
contoh:
SbCl5 + 2HC CH→Cl3Sb(CH=CHCl)2
c. Senyawaan yang terikat secara
nonklasik
Dalam banyak senyawaan organologam
terdapat suatu jenis ikatan logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam
bentuk ionik atau pasangan elektron/kovalensi. Misalnya, salah satu kelas alkil
terdiri dari Li, Be, dan Al yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan. Dalam
hal ini, terdapat atom yang memiliki sifat kekurangan elektron seperti atom
boron pada B(CH3)3. Atom B termasuk atom golongan IIIA, dimana memiliki 3
elektron valensi, sehingga cukup sulit untuk membentuk konfigurasi oktet dalam
senyawaannya. Ada kecenderungan untuk memanfaatkan orbital-orbital kosong pada
atom B dengan menggabungkannya pada gugus suatu senyawa yang memiliki kelebihan
pasangan elektron menyendiri. Senyawa ini terbagi menjadi dua golongan:
1.
Senyawa organologam yang terbentuk antara logam-logam transisi dengan alkena,
alkuna, benzena, dan senyawa organik tak jenuh lainnya.
2.
Senyawa organologam yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan.
B.
JENIS-JENIS SENYAWA ORGANOLOGAM
a. Senyawa Organotimah
Senyawa organotimah adalah senyawa organometalik yang disusun oleh satu atau lebih ikatan antara atom timah dengan atom karbon (Sn-C). Senyawa ini umumnya adalah senyawa antropogenik, kecuali metiltin yang mungkin dihasilkan melalui biometilasi di lingkungan. Atom Sn dalam senyawa organotimah umumnya berada dalam tingkat oksidasi +4. Rumus struktur senyawa organotimah adalah RnSnX4-n (n=1-4), dengan R adalah gugus alkil atau aril (seperti: metil, butil, fenil, oktil), sedangkan X adalah spesies anionik (seperti: klorida, oksida, hidroksida, merkaptoester, karboksilat, dan sulfida). Bertambahnya bilangan koordinasi bagi timah dimungkinkan terjadi, karena atomnya memiliki orbital d (Sudaryanto, 2001). Tetraorganotimah dan triorganotimah klorida umumnya digunakan sebagai intermediet pada preparasi senyawaan organotimah lainnya. Tetrafeniltimah larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Senyawaan organotimah cenderung memiliki karakter satu atau lebih ikatan kovalen antara timah dan karbon.
Dari sisi fisika dan kimia, senyawa organotimah merupakan monomer yang dapat membentuk makromolekul stabil, padat (metiltimah, feniltimah, dan dimetiltimah) dan cairan (butiltimah) yang sangat mudah menguap, menyublim, dan tidak berwarna serta stabil terhadap hidrolisis dan oksidasi. Atom halogen, khususnya klor yang dimiliki oleh senyawa organotimah mudah lepas dan berikatan dengan senyawa-senyawa yang mengandung atom dari golongan IA atau golongan IIA sistem periodik atau ion logam positif lainnya. Meskipun kekuatan ikatannya bervariasi, akan tetapi atas dasar sifat itulah senyawa-senyawa turunan organotimah dapat disintesis (Grenwood and Earshaw, 1990).
Beberapa metode untuk sintesis senyawaan organotimah telah banyak dikenal. Starting material (material awal) seperti SnCl4 dan triorganotimah halida lazim digunakan sebagai starting material untuk mensintesis berbagai senyawaan organotimah. Beberapa metode yang umum digunakan diantaranya:
·
Metode Grignard, metode ini
merupakan metode pertama yang dilakukan di USA dan Eropa Barat dalam
memproduksi senyawaan organotimah. Metode ini memerlukan kondisi reaksi yang
inert, jauh dari nyala api secara langsung, dan bersifat in situ.
Metode
Wurst, persamaan reaksinya dituliskan sebagai berikut:
Metode
dengan menggunakan reagen alkil aluminium, metode ini mulai dikenal pada awal
tahun 1960-an. Adapun persamaan reaksinya dituliskan sebagai berikut:
1. Senyawa organotimah halida
Senyawa Organotimah halida dengan rumus
umum RnSnX4-n (n = 1-3; X = Cl,
Br, I) pada umumnya merupakan padatan kristalin dan sangat reaktif. Organotimah halida ini dapat disintesis secara langsung melalui logam timah, Sn(II) atau Sn(IV) dengan alkil halida yang reaktif. Metode ini secara luas digunakan untuk pembuatan dialkiltimah dihalida. Sintesis langsung ini ditinjau ulang oleh Murphy dan Poller melalui persamaan reaksi:
Br, I) pada umumnya merupakan padatan kristalin dan sangat reaktif. Organotimah halida ini dapat disintesis secara langsung melalui logam timah, Sn(II) atau Sn(IV) dengan alkil halida yang reaktif. Metode ini secara luas digunakan untuk pembuatan dialkiltimah dihalida. Sintesis langsung ini ditinjau ulang oleh Murphy dan Poller melalui persamaan reaksi:
Metode lain yang sering digunakan untuk
pembuatan organotimah halida adalah reaksi disproporsionasi tetraalkiltimah
dangan timah(IV) klorida. Caranya dengan mengubah perbandingan material awal,
seperti pada persamaan reaksi berikut:
Ketiga persamaan reaksi di atas merupakan reaksi
redistribusi Kocheshkov. Reaksinya berlangsung dalam atmosfer bebas uap air.
Yield yang diperoleh dengan metode di atas cukup tinggi. Senyawa organotimah
klorida digunakan sebagai kloridanya dengan memakai logam halida lain yang
sesuai seperti ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut:
2. Senyawa organotimah hidroksida dan
oksida
Produk kompleks yang diperoleh melalui hidrolisis dari trialkiltimah halida dan senyawa yang berikatan R3SnX merupakan rute utama pada trialkiltimah oksida dan trialkiltimah hidroksida. Prinsip tahapan intermediet ditunjukkan pada reaksi berikut ini:
3. Senyawa organotimah karboksilat
Senyawa organotimah karboksilat pada umumnya dapat disintesis melalui dua cara yaitu dari organotimah oksida atau organotimah hidroksidanya dengan asam karboksilat, dan dari organotimah halidanya dengan garam karboksilat. Metode yang biasa digunakan untuk sintesis organotimah karboksilat adalah dengan menggunakan organotimah halida sebagai material awal.
Organotimah halida direaksikan dengan garam karboksilat dalam pelarut yang sesuai, biasanya aseton atau karbon tetraklorida. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Reaksi esterifikasi dari asam karboksilat dengan
organotimah oksida atau hidroksida dilakukan melalui dehidrasi azeotropik dari
reaktan dalam toluena, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut:
4. Aplikasi Senyawa Organotimah
Senyawa organotimah memiliki aplikasi yang luas dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi senyawa organotimah dalam industri antara lain sebagai senyawa stabilizer polivinilklorida, pestisida nonsistematik, katalis antioksidan, antifouling agents dalam cat, stabilizer pada plastik dan karet sintetik, stabilizer untuk parfum dan berbagai macam peralatan yang berhubungan dengan medis dan gigi. Untuk penggunaan tersebut, kurang lebih 25.000 ton timah dipergunakan per tahun(Pellerito and Nagy, 2002).
Senyawa organotimah yang umum digunakan
sebagai katalis dalam sintesis kimia yaitu katalis mono- dan diorganotimah.
Senyawa organotimah merupakan katalis yang bersifat homogen yang baik untuk
pembuatan polisilikon, poliuretan, dan untuk sintesis poliester (Van
der Weij, 1981).
Dalam beberapa penelitian, telah didapat dan diisolasi senyawa organotimah(IV)
karboksilat yang menunjukkan sifat sebagai antimikroorganisme sehingga dapat
berfungsi sebagai antifungi dan antimikroba (Bonire et al., 1998). Diketahui
kompleks di- dan triorganotimah halida dengan berbagai ligan yang mengandung
nitrogen, oksigen, dan sulfur memiliki aktivitas biologi dan farmakologi, serta
digunakan sebagai fungisida dalam pertanian, bakterisida, dan agen
antitumor (Jain et al., 2002).
b. Logam Transisi
1.
Alkil dan Aril Litium (Organolitium)
Senyawa Organolitium adalah senyawa Logam Alkali yang
mempunyai sifat kelarutan dalam Hidrokarbon atau cairan nonpolar dan penguapan
yang tinggi serta mempunyai sifat khas zat Kovalen. Penggabungan Molekular
adalah suatu keistimewaan yang penting dari alkil baik dalam kristal maupun
larutan. Jadi dalam Metil lithium atom-atom Li terletak pada sudut-sudut sebuah
tetrahedron dengan gugus alkil berpusat pada bidang dihadapannya. Gugus CH3
secara simetris terikat pada tiga atom Li, dan ikatan jembatan alkil ini adalah
dari jenis tuna elektron berpusat banyak.
Dalam larutan, sifat spesies
terpolimerisasi bergantung pada pelarut, sifat sterik dari radikal organik dan
suhu. Dalam Hidrokarbon MeLi, EtLi, n-PrLI,
dan beberapa lainnya adalah heksamer, namun tert-butilitihium,
yang tersolfasi. Tidak terdapat agregat yang lebih kecil dari pada tetramet.
Meskipun demikian, bilamana digunakan pengkelatan amin ditersier, seperti
tetrametiletilendiamen (TMED), Me2NCH2CH2NMe2
diperoleh kompleks alkillithium monomer yang stabil. Alkil dan aril juga
membentuk kompleks dengan alkil logam lain seperti kompleks dengan Mg dan Zn.
Sebagai contoh:
2.
Senyawa Organo-Natrium dan Kalium
Semua senyawa ini benar-benar ionik dan tidak larut sampai batas apa pun dalam hidrokarbon
karena sangat reaktif, peka terhadap udara, dan terhidrolisis kuat dalam air.
Yang terpenting adalah senyawa natrium dari hidrokarbon asam seperti
siklopentadiena, idena, asitilena, dan sejenisnya. Ini diperoleh dari interaksi
dengan logam natrium atau natrium yang dihamburkan dalam tetrahidrofuran atau
dimetilformamida.
2CH5H6
+ 2Na → 2C5H5-Na+
+ H2
RC≡CH + Na → RC≡C-Na+ + ½ H2
3.
Magnesium
Senyawa organik dari Ca,Sr, dan Ba sangat ionik dan relatif tidak berguna,
namun senyawa magnesium mungkin adalah yang dipakai paling luas sebagai senyawa
organik yang digunakan sangat luas dalam kimia organik dan dalam sintesis
senyawa alkil dan aril dari unsur-unsur lain. Senyawa ini adalah jenis RMgX
(pereaksi Grignard) dan MgR2. Yang pertama dibuat dengan
interaksi langsung logam dengan suatu halida organik RX dalam suatu pelarut
yang cocok, biasanya suatu eter seperti dietil eter atau tetrahidrofuran.
Reaksinya biasanya paling cepat dalam iodida, RI, dan iod dapat digunakan
sebagai suatu pengionisasi. Pereaksi RMgX digunakan in situ. Spesies MgR2
paling baik dibuat dengan reaksi kering.
HgR2
+ Mg (berlebihan) →Hg +
MgR2
Dialkil atau diaril kemudian diekstraksi dengan sutu pelarut organik. RMgX
sebagai zat terlarut, maupun R2Mg adalah reaktif, dan menjadi peka
terhadap oksidasi dengan udara dan terhadap hidrolisis dengan air.Sifat
pereaksi Grignard dalam larutan adalah rumit dan bergantung pada sifat
gugus-gugus alkil dan halida pada pelarut, konsentrasi dan suhu. Solvasi
terjadi, dan penggabungan lebih utama terjadi dengan halida dari pada karbon
berjembatan, kecuali bagi senyawa metil dimana jembatan oleh gugus CH3
terjadi.
Dalam
larutan encer dan dalam pelarut donor yang lebih kuat, spesies monomer biasanya
menonjol, namun dalam dietil eter pada konsentrasi yang lebih besar dari pada
0,1M penggabungan mmenghasilkan polimer linier atau siklis. Bagi
pereaksi Grignard kristal, kedua struktur RMgX.nS dimana n adalah
jumlah molekul pelarut, S, begantung pada sifat R, dan R(S)Mg(µ-X)2Mg(S)R
telah ditemukan. Atom Mg biasaya terkoordinasi tetrahedral.
Senyawa
seng dan kadmium mirip dengan senyawa magnesium namun berbeda
dalam kereaktifannya. Alkil seng yang lebih rendah adalah cairan yang mudah
menyalah dalam udara dan bereaksi kuat dalam air.
Permasalahan:
Bagaimana senyawa
organologam yang relative sangat elektropositif dapat terbentuk?
Assalamu'alaikum. Saya Rani Khoiriyah dengan NIM RSA1C114002 akan mencoba menjawab permasalahan dari saudari Dewi.
BalasHapusSenyawaan organo dari logam yang relatif sangat elektropositif umumnya bersifat ionik, tidak larut dalam pelarut organik, dan sangat reaktif terhadap udara dan air. Senyawa ini terbentuk bila suatu radikal pada logam terikat pada logam dengan keelektropositifan yang sangat tinggi, misalnya logam alkali atau alkali tanah. Kestabilan dan kereaktifan senyawaan ionik ditentukan dalam satu bagian oleh kestabilan ion karbon.